Sejarah Cockpit Dua Awak di Pelopori oleh Orang Indonesia
Klo dulu tuh ya, di dalam sebuah
cockpit tuh bisa ada 3-5 orang. Banyak bgt, apa aja tugas mereka?
biasanya mereka itu dalam satu cockpit ada Pilot, Co-Pilot, Navigasi,
telekomunikasi, dan teknisi.
Nah, berkat kemajuan teknologi, skrg dalam satu cockpit cukup hanya dengan 2 awak aja. simpel kan? berikut sejarahnya...
18 Januari 1983
"Adalah Tn. Wiweko yang
melahirkan Forward Facing Crew Cockpit dua awak. Kami bangga bahwa
pesawat jenis ini telah menggunakan ide yang berasal dari pikiran
seorang putra Indonesia, digabungkan dengan teknologi modern baru, yang
menggunakan 'push button illuminated switches' dan sistem 'digital'.
Kokpit dua awak ini telah menjadi kenyataan, dan saya percaya bahwa
'Garuda Design' ini akan menjadi pilihan bagi semua maskapai
penerbangan."
Fritz Winkelmann, Manajer Penjualan untuk Asia Jauh, Airbus Industrie
Anda
pernah melihat isi kokpit pesawat? Pasti yang sering Anda lihat kokpit
dua awak. Nah, kokpit ini dirancang oleh Wiweko Soepono, Direktur Utama
Garuda Indonesian Airways kelahiran Blitar, 18 Januari 1923.
Kokpit yang disebut Fritz
tersebut, menjadi cikal bakal dari semua kokpit berawak dua pilot
pesawat badan lebar dan jumbo, bahkan sekarang pada jetliner terbesar di
dunia – superjumbo Airbus A380. Airbus kemudian memberi gelar
kehormatan pada Wiweko sebagai "Bapak Two-man Forward Facing Crew
Cockpit."
Agar berbeda dan memelopori
sesuatu yang baru, ketika Eropa hendak mengembangkan pesawat berbadan
lebar Airbus tahun 1967, Roger Beteille, Executive Vice President dan
General Manager Airbus Industrie, pernah melontarkan gagasan tentang
pesawat Airbus yang kokpitnya diawaki dua orang. Gagasannya mengambil
dasar pesawat dua awak buatan Perancis, Caravelle, tapi pasar saat itu
hanya mau menyerap pesawat badan lebar Boeing, Douglas dan Lockheed yang
kokpitnya tetap dilengkapi side-panel bagi flight engineer.
Sementara Wiweko di belahan Bumi
yang lain telah mengambil langkah berani menuju two-man crew cockpit
bagi pesawat kapasitas besar. Ia menciutkan jumlah awak kokpit pesawat
bermesin empat Douglas DC-8 dari lima menjadi tiga orang. Alasannya,
flight radio operator dan navigator tidak diperlukan lagi di pesawat,
karena sudah tertangani penerbangnya.
Garuda Indonesia A300B4, pesawat berkokpit dua awak pertama di dunia.
Mengambil pengalaman DC-8, dan
pengalaman terbang solo melintasi Samudera Pasifik dengan Beechcraft
Super H-18 dari Amerika Serikat ke Jakarta, Wiweko berkesimpulan bahwa
kokpit A300 cukup diawaki dua orang saja. "Keluarkan kursi (flight
engineer) itu dan mari kita berunding mengenai pembelian pesawat,"
katanya kepada Roger Beteille.
Seketika itu Beteille terkejut,
ia telah menemukan seseorang dengan visi jauh ke depan yang sama. Dan
orang itu adalah Wiweko Soepono, asal negara berkembang tapi maju
pemikiran dan pandangannya dalam menerapkan teknologi mutakhir
penerbangan.
Dalam proses pembuatannya,
Wiweko Soepono ikut aktif dalam merancang two-man crew cockpit Airbus
ini. Juga saat ia bersama Beechcraft merancang dan mempersiapkan
Beechcraft Super H-18 untuk terbang solonya melintasi Pasifik. Selama 60
jam Wiweko terbang sendiri melintasi Pasifik, sambil refueling di
Honolulu, Pulau Wake, Guam dan Manila. Prestasi yang sangat luar biasa
bagi seorang penerbang.
Wiweko-lah orang Asia pertama
yang berhasil terbang sendiri melintasi Pasifik dengan pesawat angkut
ringan – sebagai perbandingan, jarak daratan Amerika ke Hawaii lebih
jauh daripada jarak New York ke Paris sejauh 5.806,8 km yang ditempuh
penerbang terkenal Charles Lindbergh tanggal 20-21 Mei 1927.
Sumber : http://www.facekom.info/2011/12/sejarah-cockpit-dua-awak-di-pelopori.html#ixzz2OwlUKxQg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar